No products in the cart.

Dari Warung ke Gourmet: Evolusi Es Krim di Indonesia yang Jarang Diketahui
Es krim kini menjadi camilan bergengsi, bisa ditemukan di restoran bintang lima hingga gerai premium seperti Papakibo. Namun, siapa sangka bahwa sejarah es krim di Indonesia berawal dari warung kecil dan pedagang keliling? Yuk, kita telusuri perjalanan panjang evolusi es krim di tanah air—dari jalanan hingga dapur gourmet, dan bagaimana brand lokal seperti Papakibo ikut memodernisasi camilan legendaris ini!
1. Jejak Awal Es Krim di Tanah Kolonial
Es krim pertama kali masuk ke Indonesia lewat para penjajah Belanda sekitar awal abad ke-20. Dulu, es batu harus diimpor dari luar negeri (seperti Singapura dan Belanda), sehingga es krim hanya bisa dinikmati kalangan elite Eropa. Produk ini eksklusif, mahal, dan dibuat secara manual dengan pendingin es alami.
Beberapa hotel kolonial seperti Hotel Des Indes (Batavia) sudah menyajikan es krim dengan topping buah tropis atau kacang.


2. Era Kemerdekaan: Es Dung-dung dan Tradisi Jalanan
Setelah kemerdekaan, es krim mulai “membumi” lewat kehadiran es dung-dung, yang dibawa keliling menggunakan gerobak. Dinamai dari suara ‘dung-dung’ lonceng pedagang, es ini dibuat dari santan, gula, dan es batu biasa.
Ciri khas es dung-dung adalah rasanya yang lokal dan sederhana: kacang hijau, durian, nangka, kelapa, dan bahkan tape. Ini menjadikan es krim bagian dari identitas makanan jalanan Indonesia.
Bentuk penyajiannya juga khas: disajikan dalam roti tawar, kerupuk, atau cone sederhana—mewakili semangat inovasi rakyat.
3. Masuknya Industri Es Krim Modern
Tahun 1980-1990-an, perusahaan besar seperti Walls dan Campina mulai memperkenalkan produk es krim dalam kemasan. Es krim menjadi komoditas yang bisa dinikmati lebih luas, tersedia di supermarket dan minimarket.
Es krim modern juga mengenalkan anak-anak Indonesia pada rasa-rasa internasional seperti vanila, cokelat, dan stroberi. Namun, sebagian besar masih mengandalkan bahan pengawet dan rasa buatan—belum menyentuh ranah “artisan” atau alami.
4. Era Baru: Es Krim Artisan & Gourmet Lokal
Masuk ke era 2010-an, tren makanan sehat dan unik mulai tumbuh. Konsumen mulai mencari es krim dengan bahan alami, tanpa pengawet, dan punya cerita rasa lokal. Di sinilah brand seperti Papakibo muncul sebagai pionir gelato lokal berkualitas tinggi.
Papakibo tidak hanya menjual es krim, tetapi juga menghadirkan identitas, kreativitas, dan eksplorasi rasa yang otentik. Menggabungkan elemen lokal seperti Marie Regal, lychee, dan rasa manis-manis nostalgia dengan teknik gelato modern.
5. Papakibo: Dari Camilan ke Karya Seni Rasa
Papakibo bukan sekadar kedai es krim. Mereka menghidupkan kembali rasa masa kecil dalam bentuk baru yang playful, estetik, dan menggugah. Beberapa contoh kreasi mereka antara lain:
- Popsicle Series: seperti Berries, Hot Popsy, dan Smurfy, yang menyasar pasar muda dan playful.
- Gelato Artisan: Marie Masuk (dari biskuit Marie Regal), Cap Dino Lychee (rasa nostalgia dinosaurus lici), dan lainnya.
Tidak hanya memikat secara visual, tetapi juga menargetkan emosi dan memori konsumen. Ini bagian dari evolusi penting: es krim sebagai ekspresi seni kuliner, bukan hanya makanan manis biasa.
Sayangnya menu Papakibo tidak bisa dimuat saat ini, namun kamu bisa cek langsung di: papakibo.com/menu
6. Peran Media Sosial dalam Evolusi Es Krim
Media sosial ikut mengubah lanskap es krim Indonesia. Dulu es krim hanya dikonsumsi, sekarang ia juga harus Instagrammable. Warna cerah, bentuk unik, dan nama-nama yang catchy menjadi bagian dari strategi penjualan.
Papakibo cerdas menangkap tren ini. Mereka tidak hanya menjual rasa, tapi juga cerita dan gaya hidup. Kampanye visual mereka di Instagram penuh warna, dengan desain playful dan penuh kepribadian. Ini membawa es krim ke ranah budaya pop.
7. Es Krim Lokal vs Internasional: Kompetisi Sehat
Meski banyak brand es krim luar masih merajai pasar, brand lokal seperti Papakibo berhasil membuka ceruk pasar: anak muda yang sadar kualitas, menghargai rasa lokal, dan menyukai inovasi.
Dengan bahan alami dan cerita di balik setiap rasa, Papakibo memberikan sesuatu yang tidak bisa diberikan brand luar: koneksi emosional khas Indonesia.
8. Menuju Masa Depan: Es Krim Sebagai Medium Cerita dan Identitas
Evolusi es krim di Indonesia menunjukkan bahwa makanan bukan hanya soal rasa, tetapi juga medium budaya, kenangan, dan ekspresi diri.
Kini, es krim tidak lagi hanya dijual di warung atau minimarket. Ia ada di kafe artistik, food truck bergaya, dan bahkan di pop-up market. Papakibo membuktikan bahwa brand lokal bisa bersaing secara kreatif, dengan membawa narasi rasa yang otentik dan penuh nostalgia.
Kesimpulan
Dari gerobak es dung-dung di jalanan hingga ke counter elegan Papakibo di kota-kota besar, es krim di Indonesia telah melewati perjalanan panjang dan unik. Evolusinya mencerminkan perubahan selera, teknologi, dan aspirasi masyarakat.
Papakibo adalah simbol transformasi itu—mengangkat es krim dari sekadar camilan menjadi karya seni kuliner yang bisa dibanggakan. Jadi, saat kamu menikmati satu scoop gelato Papakibo, kamu juga sedang mencicipi sejarah, inovasi, dan warisan rasa Indonesia yang telah berevolusi puluhan tahun.
Yuk, dukung es krim lokal yang punya rasa, cerita, dan kualitas! Kunjungi Papakibo dan temukan rasa favoritmu di papakibo.com/menu
Leave a Reply